Merevolusionerkan Ibu Kota Baru Indonesia

20 September 2019

Rencana pemindahan ibu kota sajaknya sudah kerap dicanangkan, bahkan sejak kepresidenan Soekarno. Jakarta dan Pulau Jawa dianggap sudah menanggung terlalu banyak beban. Pulau Jawa sudah terlalu padat penduduk dengan lebih dari 50% masyarakat Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Secara ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB) juga sangat didominasi oleh Pulau Jawa. Seiring dengan berjalannya waktu, kesenjangan antara Pulau Jawa dengan pulau-pulau lainnya semakin terlihat. Dengan dipindahkannya ibu kota ke luar Pulau Jawa, pemerintah berharap aspek-aspek seperti jumlah penduduk dan PDB Indonesia akan tersebar lebih merata.

Bulan Agustus silam, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa ibu kota baru akan dibangun di wilayah administratif Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas wilayah Kalimantan Timur lebih dari 250 kali lebih besar dari luas Jakarta, namun jumlah penduduknya tidak sampai setengah penduduk Jakarta. Selain itu, daerah yang dipilih dinilai memiliki risiko bencana alam yang kecil dan berdekatan dengan Balikpapan dan Samarinda yang sudah berkembang dan memiliki infrastruktur yang lengkap.

Sejak tahun 2013, Agung Podomoro Land telah memulai pengembangan Borneo Bay City di Balikpapan. Lokasi Borneo Bay City menghadap laut dan menawarkan berbagai kenyamanan dan kemudahan. Borneo Bay City menyediakan kebutuhan yang menyeluruh mulai dari apartemen, hotel, tiga pusat perbelanjaan, hingga pusat kuliner. Hunian apartemen Borneo Bay City terdiri lebih dari 1,000 unit dan dilengkapi dengan fasilitas taman seluas satu hektar, kolam renang, dan akses cepat menuju Bandara Sepinggan Balikpapan. Di samping fasilitas komplit yang ditawarkan, letak Borneo Bay City sangat strategis hanya berjarak 20 menit dari ibu kota baru Indonesia. Masyarakat Kalimantan Timur tentunya menyambut positif maraknya pembangunan infrastruktur yang sedang digiatkan pemerintah dan sedianya siap menjadi ibu kota baru Indonesia pada 2024.