Trihatma Kusuma Haliman, Menginspirasi dalam Harmoni

28 Maret 2020

Di dunia properti, tidak ada yang tidak mengenal nama Trihatma Kusuma Haliman, Chief Executive Officer dari Agung Podomoro Group. Sebagai penerus dari Anton Haliman, Trihatma bergabung di Agung Podomoro Group sejak tahun 1973 dan di bawah besutan beliau, Agung Podomoro Group sukses melalui badai krisis dan malah bertumbuh pesat. Saat ini Agung Podomoro Group dikenal sebagai developer properti terbesar di Indonesia.

 

Ayahnya, Anton Haliman, mendirikan Agung Podomoro Group pada 1969. Pada tahun 1973, saat Trihatma sedang menempuh pendidikan di Jerman, ia dipanggil oleh ayahnya untuk membantu mengembangkan Agung Podomoro Group. Walaupun berstatus sebagai anak pemilik, beliau memulai karirnya dari bawah dan ditempatkan di berbagai divisi sehingga pengetahuannya akan perusahaan sangat mendalam dan menyeluruh. Semua dijalani dengan sukacita dan di bawah pengawasan Sang Ayah, sehingga proses transisi kepemimpinan Agung Podomoro Group dari Anton Haliman ke Trihatma Haliman berjalan dengan lancar.

Trihatma dikenal sebagai pemimpin yang visioner dan memiliki nyali dalam mengambil keputusan. Baginya, no guts, no glory. Tentunya setiap keputusan yang diambil sudah berdasarkan prediksi dan analisis yang tajam. Banyak momen di mana ketika developer properti lainnya ciut atau justru menghindari lahan tertentu, beliau malah dengan berani mengambil risiko dan dikembangkan menjadi proyek yang berhasil. Salah satu contohnya adalah Bukit Gading Mediterania. Tanah seluas 14 hektar di bilangan Kelapa Gading tersebut dibeli sesaat setelah krisis moneter 1998, di mana developer properti lain sedang lesu. Walaupun penjualan sempat lambat di awal, intuisi Trihatma terbukti benar, proyek tersebut sukses. Contoh lainnya adalah ketika banyak orang menjual rugi villa di daerah Puncak, Agung Podomoro Group justru membebaskan tanah sebesar 100 hektar dan dibangun menjadi Vimala Hills. Dalam 2 bulan pemasaran, penjualan mencapai 100 miliar Rupiah!

Selepas krisis moneter, Trihatma memodernisasi sistem kerja Agung Podomoro Group, menerapkan ISO 9001, serta melakukan penawaran saham kepada publik (Initial Public atau IPO). Dalam kurun tiga tahun, karyawan Agung Podomoro Group yang tadinya berjumlah 200 orang menjadi 1,600 orang. Sebagai pengusaha, nilai-nilai kejujuran, loyalitas, dan fair selalu dijunjung oleh Trihatma. Dalam berbisnis, keuntungan (cuan) ditempatkan di akhir. Beliau selalu mengutamakan cengli, lalu cincai, baru cuan menyusul. Trihatma selalu mengutamakan pelanggan, setiap detail dipikirkan dengan seksama, setiap keluhan pelanggan didengar, dan setiap kebutuhan pelanggan dipenuhi. Sesuai dengan namanya podo moro dalam bahasa Jawa berarti semua datang atau merangkul semua orang, Agung Podomoro Group membangun untuk semua segmen masyarakat sesuai dengan rancangan pemerintah. Agung Podomoro Group juga telah mengembangkan sayapnya ke kota-kota di luar Jakarta dan Pulau Jawa, beberapa di antaranya Makassar, Balikpapan, Bali, dan Manado.

 

Di kesehariannya Trihatma dikenal sebagai pribadi yang ringan tangan, tulus, dan pandai bergaul dengan siapa saja. Sebagai suami, ayah, dan kakek, beliau selalu meluangkan waktu untuk keluarga. Beliau juga giat berolahraga dan pernah bergabung sebagai pengurus Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Salah seorang karyawannya menyebutkan bahwa pembawaannya seperti musik klasik, mengalun tapi mantap. Walaupun sudah memasuki usia senja, beliau terus bekerja tanpa kenal lelah. Baginya, selama kesehatan masih menunjang dan menghitung masih belum salah, maka beliau akan terus bekerja. Trihatma bukan saja sangat berhasil dari segi bisnis, tapi beliau juga berhasil dalam membangkitkan inspirasi dan menjadi panutan secara umum.